Nama mereka adalah Lena dan Leni. Proses perjuangan mereka amat menggetarkan. Lahir dari keluarga miskin. Ayahnya hanya buruh tani.
Sejak kecil mereka memulung demi menyambung hidup. Mereka mulai mengenal sepak takraw sejak SMA. Alasannya sederhana : jika mereka mau latihan sepak takraw dan berprestasi, maka sekolahnya akan digratisin.
Mereka milih sekolah yg bisa gratis sebab mereka tak sanggup jika sekolahnya harus bayar. Ortu mereka tak sanggup biayai. Untk membeli sepatu buat latihan sepak takraw mereka nyari uang sendiri. Misal ikut bantu nyuci baju2 tetangganya yg berada dan jg dgn memulung.
Perjuangan yg tak mudah namun tetap harus dijalani demi masa depan yg lbh baik. Karena giat berlatih, mereka pelan2 bisa menuai prestasi sepak takraw. Mulai dari level Porda, PON, Sea Games hingga level Asian Games.
Pd Asian Games 4 tahun lalu di Incheon Korea, mereka meraih perunggu. Mereka akan ikut bertanding lagi di Asian Games 2018 sekarang ini. Berkat prestasi sepak takraw, mereka pelan2 bisa mengumpulkan tabungan untk membiayai orang tua mereka naik haji. . Berkat doa orang tua juga kami bisa spt ini, ujar mereka saat mau melepas orang tua mereka naik haji. Ada nada haru dan bahagia di wajah mereka saat itu.
Lahir dan besar dari keluarga miskin. Dipaksa kerja nyari uang sendiri dg memulung sejak remaja. Lalu gigih berlatih sepak takraw agar bisa gratis sekolah. Dan hari2 ini mereka jadi wakil untk mengharumkan nama bangsanya.
From zero to hero. #AsianGames
Mereka dulunya pemulung. Berkat latihan keras, mereka bisa menuai prestasi. Mereka pernah bilang : hargai proses dan perjuangan yg keras. Sebab proses tak akan pernah menghianati hasil.
Manjadda Wa Jadda. Siapa yg bersungguh2 dia pasti akan berhasil.
